Debu Bromo Hancurkan Dua Sekolah

Dampak erupsi Gunung Bromo tidak hanya melumpuhkan kegiatan wisata dan merusak lahan pertanian serta pemukiman warga. Namun, juga menghancurkan dua sekolah yang ada di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo.

Dua sekolah itu adalah SDN Ngadisari dan SMP Negeri Ngadisari. Dua sekolah yang jaraknya berdekatan itu atapnya terlihat banyak yang ambrol sejak Sabtu (1/1). Bahkan, kuda-kuda atap hancur karena tidak kuat menahan debu campur pasir halus dari perut kawah Bromo yang menempel di atas genteng hingga Minggu (2/1).

Makanya, hampir semua fasilitas di dalam ruang belajar siswa mengalami kerusakan parah. Bahkan, laboratorium sekolah, kursi dan bangku juga banyak yang rusak. Maklum, ketebalan debu dan pasir Bromo yang menempel atapnya lebih dari 15 centi meter diterpa hujan. Akibatnya, atap gedung itu ambruk dan rusak parah.

Kerusakan dua sekolah itu mendapat perhatian serius dari Bupati Probolinggo, Hasan Aminuddin. ”Dampak dari erupsi Bromo itu memang luar biasasehingga sekolah SDN Ngadisari dan SMPN Ngadisari rusak parah. Kita harus memprioritaskan perbaikan sekolah yang rusak itu,” kata Hasan Aminuddin, Minggu (2/12).

Mnurut dia, pembenahan dua sekolah diprioritaskan agar proses belajar siswa tidak terganggu. Makanya, dia menginstruksikan Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo untuk berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum. Sehingga, siswa bisa tetap sekolah dan belajar, karena ujian nasional tinggal beberapa bulan lagi.

Sementara itu, Kepala SMP Negeri Ngadisari, Sukadi merasa prihatin dengan kondisi sekolahnya yang rusak parah akibat terdampak erupsi Bromo itu. Namun, dia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa. Alasannya, saat gedung sekolah SMP itu ambruk, justru kala liburan sekolah. ”Ya, untungnya liburan. Sehingga, tidak sampai menelan korban,” katanya.

Meski begitu dia masih belum menyiapkan tempat penampungan sementara bagi siswa untuk belajar. Kemungkinan, kata dia, siswa yang mulai sekolah Senin (3/1) ini akan diliburkan dulu. Pihak sekolah akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan aparat desa untuk mencari alternative tempat pembelajaran sementara, sambil menunggu sekolahnya selesai diperbaiki.

Hal serupa diungkapkan Kepala SDN Ngadisari, Gafur. Dia menjelaskan bahwa kerusakan yang menimpa sekolahnya juga parah. ”Tidak bisa ditempati untuk proses belajar mengajar bagi siswa,” katanya.

Untuk itu, dia mengaku sudah mempersiapkan tempat pembelajaran sementara bagi siswa. ”Kami sudah menyiapkan tenda-tenda tempat belajar siswa. Kendati begitu, kami tetap berharap cepat diperbaiki, sehingga siswa bisa belajar sebagaimana biasanya,” kata dia, berharap.(nov/bnj)

sumber: http://www.siaganews.com

Gunung Bromo Bangun Dari Tidurnya

Gunung Bromo di Jawa Timur yang berstatus awas meletus pada pukul 17.40, Jumat 26 November 2010. Asap tebal bercampur abu kehitaman mencapai ketinggian 600 meter.

 

Gunung Bromo (ANTARA/Musyawir)

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono mengatakan, letusan ini bersifat minor dan tidak disertai dentuman. “Material letusan berupa abu yang jatuh di sekitar kawah,” kata Surono.

Saat ini gempa tremor terjadi terus menerus dengan amplituda rata-rata 15 milimeter.

Menurut petugas pengamatan di pos pantau di Desa Ngadisari, Sikapura, Probolinggo, Ahmad Subhan, mengatakan, gempa tremor hingga saat ini masih terjadi. “Penduduk di sekitar masih aman,” katanya.

Bromo dinyatakan ‘awas’ sejak 23 Oktober 2010 lalu. Dosen Pasca Sarjana Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, dan peneliti di Pusat Studi Kebumian dan Bencana, Dr Putu Artama, mengatakan karakteristik Bromo berbeda dengan Merapi.

“Jika terjadi letusan, material yang dimuntahkan pasir dan abu dengan kisaran radius 6 sampai 10 kilometer,” kata Putu.

Itu berbeda dengan material yang dimuntahkan Gunung Merapi berupa lava pijar dan bebatuan, juga awan panas ‘wedhus gembel’.

Selain itu, Bromo juga terbentengi oleh lautan pasir. Topografi Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi. “Yang membayakan itu adanya semburan berwarna kekuningan, karena kandungan belerang yang banyak sangat berbahaya jika dihirup manusia,” jelas Putu. (umi)•

sumber: VIVAnews